Sunday, February 28, 2016

Berharap atau Memutuskan


Michael D. Hargrove menceritakan apa yang dilihatnya ketika ia menjemput seorang teman di bandara Portland.
Ketika menunggu, ada seorang pria menghampiri keluarga yang berdiri di dekat Michael.
Pertama pria itu berkata kpd putranya, "Senang bertemu kembali denganmu, Nak. Aku kangen sekali."
Dijawab anaknya dengan tersenyum, "Aku juga Pa." Lalu memeluknya sambil berkata, "Papa mencintaimu."
Kemudian ia mengambil seorang gadis cilik dari gendongan mamanya, "Hallo bayi cantik!" Lalu menciumi dan memeluknya.
Setelah bayi itu diberikan pada kakaknya, pria itu berkata, "Aku simpan yang terbaik sebagai yang terakhir," sambil mencium isterinya dengan mesra lalu memandanginya dan tersenyum, "Aku sangat mencintaimu."
Michael heran karena biasanya pengantin baru saja yang mesra seperti itu.
Ia bertanya berapa lama pria itu pergi, mungkin berbulan-bulan lamanya. Ternyata hanya pergi dua hari.
Michael bertanya lagi berapa lama mereka menikah, dijawab dengan 12 tahun.
Dengan kagum Michael berkata, "Saya harap, pernikahan saya nanti masih mesra setelah 12 tahun."
Pria itu memberi jawaban yang tak terduga, "Jangan berharap, tapi buatlah keputusan. "

Bandingkan:
saya berharap lebih kurus, saya berharap punya karir yang baik, saya berharap bisa kuliah.
Atau: saya memutuskan untuk mengurangi berat badan,
saya memutuskan untuk membangun karir yang baik,
saya memutuskan untuk bisa kuliah.
Kata "berharap" seolah kita tidak punya kuasa atau tidak bisa mengontrol keadaan itu.

Memutuskan berarti membuat perencanaan dan bertindak untuk meraihnya.
Pada kenyataannya, banyak hal ada di bawah kuasa kita.
Pernikahan yang sukses, karir yang cemerlang, anak-anak yang sopan, adalah hasil dari sebuah keputusan.

AKU BUKANLAH PRODUK DARI LINGKUNGANKU,
TETAPI AKU ADALAH PRODUK DARI KEPUTUSANKU (Stephen Covey).

No comments: