Saturday, April 29, 2017

The 10 Elements of a Soul Mate

-according to Dr. Carmen Harra-
1. It’s something inside. Describing how a soul mate makes you feel is difficult. It’s a tenacious, profound and lingering emotion which no words can encompass.
2. Flashbacks. If your partner is your soul mate, chances are he or she has been present in your past lives. You might even feel an odd sense of dΓ©jΓ  vu, as if the moment in time has already taken place, perhaps a long time ago, perhaps in a different setting.
3. You just get each other. Ever met two people who finish each others sentences? Some people call that spending too much time together, but I call it a soul mate connection. You might experience this with your best friend or your mother, but it is the telltale sign of a soul mate when you experience it with your partner.
4. You fall in love with his (or her) flaws. No relationship is perfect, and even soul mate relationships will experience ups and downs. Still, that bond will be much harder to break. Soul mates have an easier time of accepting, even learning to love, each others imperfections.
5. It’s intense. A soul mate relationship may be more intense than normal relationships, in both good and sometimes bad ways. The most important thing is that, even during negative episodes, you’re focused on resolving the problem and can see beyond the bad moment.
6. You two against the world. Soul mates often see their relationship as us against the world. They feel so linked together that they’re ready and willing to take on any feat of life, so long as they have their soul mate by their side.
7. You’re mentally inseparable. Soul mates often have a mental connection similar to twins. They might pick up the phone to call each other at the exact same time. Though life may keep you apart at times, your minds will always be in tune if you are soul mates.
8. You feel secure and protected. Regardless of the gender of your partner, he or she should always make you feel secure and protected. Your soul mate will make you feel like you have a guardian angel by your side. A person who plays on your insecurities, whether consciously or subconsciously, is not your soul mate.
9. You can’t imagine your life without him (or her). A soul mate is not someone you can walk away from that easily. It is someone you can’t imagine being without, a person you believe is worth sticking with and fighting for.
10. You look each other in the eye. Soul mates have a tendency to look into each others eyes when speaking more often than ordinary couples. It comes naturally from the deep-seated connection between them. Looking a person in the eye when speaking denotes a high level of comfort and confidence.

***

Tuesday, April 11, 2017

Bahagiakah Rumah Tanggamu?


*Dua Orang yg sama2  Baik tapi Mengapa Perkawinan bisa Tidak Bahagia ?*

Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil saya melihatnya begitu gigih menjaga keutuhan keluarga.
Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur untuk ayah karena lambung ayah kurang baik.

Setelah itu, masih harus memasak nasi untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan...

Setiap sore, ibu selalu menyikat panci supaya tidak ada noda sedikitpun.

Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan rumah agar tidak berdebu.

Ibu adalah seorang wanita yang sangat rajin.
Namun, di mata ayah, ibu bukan pasangan yang baik. Tidak hanya sekali ayah menyatakan kesepian dalam perkawinan, tapi saya tidak memahaminya...

Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu dan saat libur ayah punya waktu untuk mengantar kami ke sekolah. Ia seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran.

Ayah adalah seorang laki-laki yang baik di mata anak-anak, ia besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.

Hanya saja, di mata ibu, ia bukan pasangan yang baik. Kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam-diam.

Saya melihat dan mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka. Seharusnya mereka layak mendapat perkawinan yang baik. Saya bertanya pada diri sendiri, *"Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?"*

Setelah dewasa, akhirnya saya memasuki perkawinan dan perlahan-lahan saya mengetahui jawaban itu...

Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, rajin bekerja dan mengatur rumah dengan sungguh2 berusaha memelihara perkawinan sendiri.

Anehnya, saya tidak merasa bahagia dan suamiku sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin rumah kurang bersih, masakan tidak enak, lalu dengan giat saya membersihkan rumah dan memasak dengan sepenuh hati.

Namun, rasanya, kami berdua tetap tidak bahagia. Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan rumah, suami saya berkata, "temani aku sejenak mendengar alunan musik!"

Dengan mimik tidak senang saya berkata, "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum dipel?"

Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan Ibu. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkawinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul...

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah yang tidak mendapat apa yang dia butuhkan dalam perkawinannya.

Waktu ibu habis untuk membersihkan rumah pada hal yg dibutuhkan ayah adalah menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan. Ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih namun ibu jarang menemani ayah. Ia berusaha mencintai ayah dengan caranya.

*KESADARAN MEMBUAT SAYA MEMBUAT KEPUTUSAN YANG SAMA.*

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.

Saya bertanya pada suamiku, "Apa yang kau butuhkan?"

"Aku membutuhkanmu untuk menemaniku... Rumah kotor sedikit tidak apa-apa.." ujar suamiku.

Saya kira dia perlu rumah yang bersih, ada yang memasak, dst.

"Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku."

Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara yang diinginkan pasangan kita.

Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja. Begitu juga suamiku, dia menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.

Puluhan kebutuhan yang panjang dan jelas. Misal: Waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk setiap pagi, memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat, dstnya.

Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang sulit. Misal: "dengarkan aku, jangan memberi komentar". Ini adalah kebutuhan suami.

Kalau saya memberinya usul, dia bilang dirinya merasa tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.

Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya, kalau tidak saya hanya mendengarkan dengan serius...

Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun jauh lebih bermakna dalam pernikahan kami...

Bertanya pada pasangan kita, *"Apa yang kau inginkan?" ternyata dapat menghidupkan pernikahan.*

Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah dan ibu tidak bisa bahagia, *MEREKA TERLALU BERSIKERAS MENGGUNAKAN CARA SENDIRI DALAM MENCINTAI PASANGANNYA, BUKAN MENCINTAI PASANGANNYA DENGAN CARA YANG DIINGINKAN PASANGANNYA.*

Kita mungkin sangat lelah melayani pasangan kita, namun dia tidak menghargai... Akhirnya kita kecewa dan hancur.

*SETIAP ORANG PANTAS DAN LAYAK MEMILIKI SEBUAH PERKAWINAN YANG BAHAGIA*, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan oleh pasangan kita .

*SEMOGA ANDA BERBAHAGIA JUGA*

Wednesday, April 5, 2017

Burung Perak


Ada seorang penebang kayu, setiap hari ke gunung mencari kayu bakar, hari demi hari berlalu, hidup dalam kesederhanaan.

Pada suatu hari, ketika penebang kayu naik ke gunung seperti biasa, ia melihat seekor burung perak yang terluka. Sekujur badan burung perak dibaluti dengan bulu berwarna perak yang gemerlap, dengan gembira sang penebang kayu berkata : “Wah!Seumur hidup belum pernah saya melihat burung yang begitu indah!” Lalu, burung itu pun dibawa pulang olehnya, dan dengan telaten mengobati luka si burung perak.

Selama proses penyembuhan, burung perak selalu berkicau setiap hari untuk penebang kayu, sang penebang pun hidup dalam sukacita setiap hari.
Suatu hari, tetangga melihat burung perak penebang kayu, lalu memberitahu penebang kayu kalau ia pernah melihat burung emas. Burung emas jauh lebih indah ribuan kali daripada burung perak, selain itu juga kicauannya lebih merdu daripada burung perak. Mendengar itu, penebang kayu tampak merenung, ternyata ada burung emas ya!?

Sejak itu, pikiran penebang kayu hanya terpaku pada burung emas, tidak lagi mendengar kicauan burung perak yang jernih melengking, dan hari-hari yang dilewati pun semakin tidak bahagia. Suatu hari, si penebang kayu duduk di teras, memandangi mentari senja, sambil membayangkan seperti apakah indahnya burung emas itu ?

Saat itu, burung perak mulai sembuh dari lukanya, dan berencana hendak pergi.
Burung perak terbang rendah menghampiri penebang kayu, lalu berkicau menyanyikan lagu terakhir untuk penebang kayu.
Usai mendengar kicauan burung perak, penebang kayu berkata dengan nada kecewa : “Meskipun suaramu bagus, tapi tidak bisa dibandingkan dengan burung emas ; Mekipun bulu kamu indah, tapi tak seindah burung emas.”

Seusai bernyanyi, burung perak pamit sambil berputar tiga lingkaran di sisi penebang kayu, terbang menuju ke arah mentari senja.
Penebang kayu memandangi burung perak yang terbang menjauh, tiba-tiba ia melihat burung perak itu berubah menjadi burung emas yang indah di bawah temarat cahaya mentari senja!Ternyata burung emas yang dilihat tetangganya itu adalah burung perak di bawah pancaran sinar mentari senja! Burung emas yang diimpikannya itu ada di sana, tapi burung emas itu telah terbang jauh, jauh, semakin jauh, dan tidak akan pernah kembali lagi.

Orang-orang dekat Anda yang selalu memberikan perhatian untuk Anda itu mungkin adalah isteri, suami, teman, bawahan Anda dan sebagainya. Mungkin karena sudah lama selalu bersama, Anda telah melupakan kehadirannya, bahkan sudah menjadi biasa, atau bahkan seperti sang penebang kayu, ingin mencari seekor burung emas yang lebih bagus daripada burung perak.
Namun, ketika burung perak terbang menjauh, baru Anda sadari ternyata burung emas itu adalah burung perak yang setiap hari selalu berada di sisi anda.

Syukuri semua yang sudah Anda miliki, mudah-mudahan Anda tidak akan mengalami nasib seperti penebang kayu yang akhirnya menjadi penyesalan sepanjang hidupnya..

 Bersyukurlah buat apapun yg sudah Tuhan berikan dalam hidup kita..Aamiin.πŸ™πŸΌπŸ™πŸΌπŸ™πŸΌ